Cerita Biru dan Senja #1
Kala itu setelah hujan rintik mereda. Pertemuan tak sengaja di kedai kopi dekat taman bunga.
Tatapan matanya memancarkan binar yang sama dengan pelangi yang muncul tersipu.
Satu.
Dua.
Tiga.
Waktu seakan baru terhenti tiga detik saja. Senyumnya melengkung manis walau mata kami tak saling menatap lagi. Sejak itu aku memutuskan untuk sering-sering menyapa sore dan kopi.
Sore, seminggu kemudian.
Aku sudah melihat sosoknya dari kejauhan. Rasanya ingin langsung menyapa saja.
"Mau pesen apa kak?"
"Kak?"
"Halo?"
"Eh--iya. Greentea Frappucino less sugar, susunya ganti soy, no whipped cream." jelasku kepada barista yang menatapku kebingungan.
"Oke. Atas nama siapa?"
"Senja."
"Kenapa bukan Binar?"
"Hah?" Mataku terbelalak saat sosok yang tadi di ujung kaca sekarang tepat dibelakangku.
"Kenapa kaget?"
"Hah?"
"Kenapa cuma bisa jawab 'Hah'?"
"Biru."
Aku masih mematung walaupun tangannya telah menggantung menunggu balasan.
"Apanya yang Biru?"
"Namaku Biru."
Entah mengapa aku langsung tersenyum mendengar namanya. Nama yang aku tebak selama seminggu ini.
"Sekarang kenapa senyum?"
"Gapapa." Aku langsung menetralkan semua ekspresi di wajahku.
"Duduk sama aku di situ mau?"
Aku mengangguk dan mengikutinya dengan segelas greentea kebahagianku.
"Seminggu yang lalu aku liat ada yang ngeliatin aku di sebelah sana. Awalnya aku pikir hantu. Tapi setelah diliat lagi tiga detik ternyata kamu.""Ketauan banget ya?"
"Iya ketauan."
"Kan jadi malu." balasku jujur.
"Gapapa. Aku malah langsung cari tau nama kamu. Binar Senja Utami, bener kan?"
"Kok tau sih?"
"Jurusan Psikologi 2015."
Aku makin tercengang dibuatnya.
"Biru tau darimana?"
"Kan kemarin ketemu di kampus."
"Hah masa?? Berarti kita satu kampus?"
"Iya. Jadi aku cuma keliatan kalo di sini doang?"
"Hehe sory, gak merhatiin sih."
"Cuma merhatiin cowok yang duduk di pojokan kedai kopi?"
Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Begitulah awal perkenalan kami. Saat birunya langit meredup. Biru di kedai kopi malah menyapa.
Comments
Post a Comment