KRUI, Waves Indefinitely

Berawal dari obrolan kosong untuk mengisi waktu libur seminggu karena dosen-dosen menghadiri seminar yang kemudian menjadi liburan seru. Farid, seorang teman yang rumah asalnya di Krui menawarkan kami untuk mencicipi eksotisme pantai Krui yang disebut-sebut sebgai Bali-nya Lampung. Awalnya aku tak berniat ikut karena ada ujian di tempat les. Namun dengan bujuk rayu teman-teman akhirnya aku langsung menelfon ke tempat les untuk izin dan langsung pulang untuk packing karena kami berangkat malam itu juga. Perjalanan Bandar Lampung - Krui memakan waktu hampir 8 jam karena bus yang kami tumpangi mengalami pecah ban. Normalnya apabila naik travel hanya sekitar 5-6 jam. Kami memilih naik bus agar lebih dapet backpacker-nya (juga lebih hemat :p). 

Bianglala di pasar malam Krui

  Labuhan Jukung, view pantai dari atas tebing. Belum banyak yang mengunjungi karena letaknya yang tersembunyi.

Pantai pasir hitam dengan nelayan tradisional yang menggantungkan mata pencahariannya di sana.

Selamat datang di pantai Tanjung Setia. Kami disambut dengan suara debur ombak yang terdengar dari beberapa meter sebelum pantai. Perjalanan dari kota Krui menuju Tanjung Setia ini sekitar setengah jam dengan motor. Di sepanjang jalan juga tersaji pemandangan alam hijau yang tak banyak tersentuh tangan manusia.

Ombak di Tanjung Setia ini merupakan salah satu yang terbaik di Lampung, yang menjadi surga bagi peselancar. Banyak turis dari luar negeri yang berwisata di sini bahkan mereka berinvestasi dengan membangun resort di sekitar pantai.

Aku semakin sadar bahwa Indonesia memiliki wisata alam yang luar biasa, salah satunya garis pantai yang tak terputus dengan ombak menjulang puluhan meter yang selalu menjadi daya tarik wisatawan. Semakin bangga memiliki Indonesia :)

Liburan seminggu kami berakhir dengan sempurna. Foto-foto ini menjadi pemberhenti waktu saat kenangan yang tercipta mulai pudar. Terimakasih Krui untuk setiap pantai dan momentnya :))