Cerita Biru dan Senja #1
Kala itu setelah hujan rintik mereda. Pertemuan tak sengaja di kedai kopi dekat taman bunga. Tatapan matanya memancarkan binar yang sama dengan pelangi yang muncul tersipu. Satu. Dua. Tiga. Waktu seakan baru terhenti tiga detik saja. Senyumnya melengkung manis walau mata kami tak saling menatap lagi. Sejak itu aku memutuskan untuk sering-sering menyapa sore dan kopi. Sore, seminggu kemudian. Aku sudah melihat sosoknya dari kejauhan. Rasanya ingin langsung menyapa saja. "Mau pesen apa kak?" "Kak?" "Halo?" "Eh--iya. Greentea Frappucino less sugar, susunya ganti soy, no whipped cream." jelasku kepada barista yang menatapku kebingungan. "Oke. Atas nama siapa?" "Senja." "Kenapa bukan Binar?" "Hah?" Mataku terbelalak saat sosok yang tadi di ujung kaca sekarang tepat dibelakangku. "Kenapa kaget?" "Hah?" "Kenapa cuma bisa jawab 'Hah'?" "